Teringat perkataan seorang guru ngajiku bertahun-tahun yang
lalu.... “sabar itu letaknya diawal ketika kita mendapatkan sebuah pukulan”
Setiap kita pernah marah, kesal, dongkol, mangkel.... Tapi
apakah kemarahan yang kita rasakan itu karena habisnya batas kesabaran kita?
Apakah kemarahan itu dapat diartikan bahwa sudah cukup dan sampai disini kita
kuat untuk menahan amarah yang sekian lama telah kita pendam? Hhhmm... Rasanya
tidak, tidak selalu setiap kita marah, rasa marah itu telah lama ada dalam hati
kita. Bisa saja karena saat itu kita tengah kecewa dan mendapatkan kenyataan
yang ada dihadapan kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
"BATAS KESABAR ADALAH KESABARAN ITU SENDIRI"
Meskipun sudah begitu lama bersabar, pada saat akhirnya marah, saat itu ia sudah tidak lagi sabar. Saat ia marah, tidak perlu mengkaitkan bahwa "aku sudah sabar segitu lamanya ...", karena pada saat kalimat itu diucapkan, kesabaran itu sudah selesai, sudah tinggal sejarah, tidak ada hubungannya dengan ketidaksabarannya seketika itu ...
Batas kesabaran adalah kesabaran itu sendiri ... artinya
kesabaran itu tidak ada batasnya.
Tidak boleh marah? Kalau kemarahan itu karena kita merasa sudah terlalu sabar, maka kesabaran itu adalah kesabaran yang membuat kita akhirnya marah ... "irony of passion". Kalau kemarahan itu karena merasa harga diri dijatuhkan, belum tentu juga harus marah. Siapa yang menjatuhkan? Untuk apa ia menjatuhkan? Apa kerugian yang kita alami ketika dijatuhkan?
Tidak boleh marah? Kalau kemarahan itu karena kita merasa sudah terlalu sabar, maka kesabaran itu adalah kesabaran yang membuat kita akhirnya marah ... "irony of passion". Kalau kemarahan itu karena merasa harga diri dijatuhkan, belum tentu juga harus marah. Siapa yang menjatuhkan? Untuk apa ia menjatuhkan? Apa kerugian yang kita alami ketika dijatuhkan?
Jadi apakah boleh marah?
Marah saja langsung dari awal, kalau kebenaran
diinjak-injak (bukan sekedar dihina), kalau keadilan di lecehkan (bukan sekedar
adil untuk diri sendiri), kalau kemerdekaan ditindas (bukan merdeka untuk tidak
merdeka).
Kesabaran yang paling menjengkelkan adalah kesabaran itu sendiri, tetapi kesabaran yang juga tidak kalah menyenangkan adalah kesabaran itu sendiri.
Masih pantaskah kita mengatakan “kesabaran itu ada
batasnya?” atau tanpa kita sadari, kita sendirilah yang membuat batas untuk
kesabar itu??????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar